Pada awal mulanya sebuah karya seni kaligrafi merupakan sebuah pemikiran di dasari dengan keindahan terciptalah sebuah karya. Namun di sinilah awal mulanya sebuah karya seni muncul dengan menggunakan sebuah huruf pada dasarnya, sehingga terbentuk karya yang namanya kaligrafi. 

          Karya seni 2 dimensi (kaligrafi) lebih tepatnya dalam penjelasany sekarnag mengenalkan tentang huruf awalnya adalah sebuah coretan, kemudian mengalami pergeseran. Huruf timbul setelah evolusi simbol. Bukan lagi spesifik, tapi bisa dirangkai menjadi bermacam-macam “kalimat”. Ketika huruf-huruf di blog ini terangkai, tentu kita kemudian bisa membaca. Tanpa huruf, belum tentu “kalimat” seperti ini terangka.

         Meskipun huruf sudah ditemukan, terciptalah ruang untuk mempercantik bentuk. Dari sanalah muncul berbagai macam corak, meskipun hurufnya sama. Dalam seni kaligrafi juga demikian. Ada berbagai macam corak, sebagaimana huruf-huruf mutakhir yang sudah dirumuskan oleh program komputer: font yang padasarnya huruf font ini menjadi acuan utama seni kaligrafi agar memiliki fariasi dalam membentuk sebiah karya.

      diantaran nama-nama font: times, arial, serif, dan lain sebagainya. Masing-masing jenis mempunyai keluarga sendiri-sendiri yang memiliki kemiripan. Seperti arial dan helvetica misalnya, keduanya tampak mirip satu dengan yang lain meskipun keduanya berbeda.

source gambar: prelo.co.id

        Huruf “H” tanpa terangkai dengan “uruf” bukanlah apa-apa. Kecuali memang dimaksudkan untuk membuat seseorang bertanya-tanya. Congoh kalimat “Jangan buang sampah sembarangan” misalnya, yang tertulis di sebuah halaman sekolahan akhirnya menjadi penyampai bahwa di halaman tersebut seseorang dilarang membuang sampah seenaknya sendiri. Yang bisa membaca mudah mengerti. Yang belum, perlu “dipertanyakan lagi”.

        Huruf menggantikan simbol yang memiliki berbagai makna. Dalam hal ini Huruf menyampaikan bahasa. Setelah melewati fungsi huruf, bentuk menjadi bagian lain yang memperkuat penjelasan penyampaian. Jenis satu dengan yang lain memiliki karakter berbeda. “Jangan buang sampah sembarangan” tertulis arial, mudah dibaca, bukan dengan huruf latin yang mempunyai karakter lembut.

       Huruf arab jenis kufi misalnya, memiliki karakter kotak-kotak (kubisme) yang memberi kesan kokoh. Kelenturan diwani, dan goresan farisi memberi keluwesan dalam memberikan makna dalam tulisan. Dari keperluan fungsi penyampaian akhirnya muncul bermacam-macam bentuk dan gaya.

        Inilah dasar dari seni kaligrafi yaitu dari huruf, dari berbagi macam huruf terciptalah bentuk-bentuk yang berbeda, dari bentuk yang berbeda inilah yang menjadi nilai estetika pada penikmat seni kaligrafi, seni kaligrafi tidak hanya arab namun seni kaligrafi bisa juga, huruf indonesia, huruf cina, huruf aksra dan sebagainnya.